Ladang dipinggir bengawan solo Desa Tapelan semakin mengkhawatirkan kondisinya. Bagaimana tidak?. Damapak dari eksplorasi pasir didaerah mudik berakibat parah didaerah hilir. Ini terbukti dengan melihat kondisi ladang milik bapak Mad Redjo yang sudah terkikis sekitar 15 m. Tinggi curam ladang ini pun mencapai 7 m dari ketinggian air bengawan. Semakin hari semakin berkurang lebar ladang bapak Mad Redjo.
Foto By Mekarsari |
Dulu dipinggiran bengawan ladang bapak Mad Redjo masih dirasa luas untuk ditanami bermacam-macam sayuran seperti ketela pohon, ketela rambat, bayam, kangkung, jagung, cabe, terong dan kacang panjang. Namun kini karena luas yang terkikis banyak bapak Mad Redjo hanya mampu menanam kacang panjang.
Menanam kacang panjang dipinggir jurang kikisan bengawan ini dimaksudkan untuk mengurangi arus kikisan tanah. Para tukang ladang lainnya pun banyak melakukan hal yang sama seperti bapak Mad Redjo. “ itung-itung buat tambahan ekonomi saya menanam kacang panjang ini diladang pinggiran bengawan, selain itu karena juga cuma kacang panjang yang saya rasa cocok untuk kondisi sisa tanah yang tinggal sekian meter, mbak” begitu ungkap bapak Mad Redjo tehadap kami ( Red: Penulis).
Dulu sebelum ada penambang pasir, ladang bapak Mad Redjo seluas 20 meter, namun kini setelah ramai penambang pasir luas ladangnya tinggal 11 meter. Jadi total 9 meter luas tanah ladang bapak Mad Redjo telah terkikis oleh arus. Begitu pula dengan jurang pigiran, dulu pinggiran bengawan tanah tersebut membentuk terasering, sehingga mudah untuk ditanjaki. Namun kini keindahan terasering itu lelah hanyut bersama hilirnya air bengawan. Yang nampak saat ini adalah jurang-jurang yang tajam berkisar 5 sampai 7 meter dari permukaan air bengawan.
Foto By Mekarsari |
Posting Komentar